Judul Postingan : Merayu Wisatawan Non Melayu - detikNews
Share link ini: Merayu Wisatawan Non Melayu - detikNews
Merayu Wisatawan Non Melayu - detikNews
Jakarta -Pariwisata menjadi program unggulan pemerintah untuk meningkatkan devisa negara. Bahkan pemerintah daerah juga berlomba menjadikan pariwisata sebagai komoditas unggulan untuk menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jawa Barat sebagai salah satu provinsi terbesar yang memiliki objek wisata menarik tentu saja tidak mau kalah bersaing mendapatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat setiap bulannya merilis jumlah kunjungan wisman menurut pintu masuk. Untuk Jawa Barat, wisman yang dicatat hanya yang melalui dua pintu masuk, yaitu Bandara Husein Sastranegara Bandung dan Pelabuhan Muarajati Cirebon. Banyak juga wisman yang datang melalui Bandara Soekarno Hatta atau yang long trip untuk kemudian melanjutkan wisata ke daerah-daerah di Jawa Barat.
Tetapi karena konsep pencatatan hanya melalui pintu masuk, jadi data itulah yang sementara digunakan untuk mengukur tingkat kunjungan wisman. Menurut data BPS, jumlah wisman ke Jawa Barat melalui dua pintu masuk tahun 2010 mencapai 92 ribu kunjungan. Angka ini setiap tahun mengalami kenaikan hingga pada 2018 mencapai 156 ribu. Jumlah kunjungan masih didominasi wisman yang berasal dari Malaysia, yakni sebanyak 67 persen.
Dominasi wisman asal Malaysia tentu saja tak lepas dari adanya penerbangan langsung dari dan ke Kuala Lumpur. Airasia sebagai maskapai berbasis LCC (low cost carrier) sejak 2004 membuka rute Kuala Lumpur-Bandung (KUL-BDO). Sampai saat ini Airasia tetap setia dengan rute tersebut dan telah berkontribusi terhadap tingkat load factor bagi maskapai tersebut.Penopang Pariwisata
Bandung sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat sudah sangat dikenal oleh dunia. Bahkan tidak berlebihan jika mendapat julukan "Parisj van Java". Dengan segala potensi pariwisata baik itu wisata belanja, budaya, bahkan kuliner menjadikan Bandung salah satu kota penting penopang pariwisata di Jawa Barat.
Sejak dibukanya rute KUL-BDO, Bandung semakin dikenal dan menjadi tujuan wisata wisman asal Malaysia. Apalagi Bandung sejak lama dikenal sebagai kota mode, di mana kota ini adalah pusat industri kreatif khususnya di bidang fashion. Banyaknya factory outlet menjadi daya tarik tidak hanya bagi wisatawan Nusantara, tapi juga bagi wisman. Kualitas barang ekspor bisa didapat dengan harga murah di outlet-outlet tersebut.
Di tengah kepungan factory outlet ternyata ada satu pusat perbelanjaan yang tetap menjadi primadona bagi wisatawan. Yakni, Pasar Baru Bandung. Siapa yang tak kenal dengan pusat perbelanjaan ini? Pasar Baru seolah menjadi tujuan wajib wisatawan khususnya asal Malaysia. Pada awal dibukanya rute penerbangan KUL-BDO, pesawat mendarat pagi pukul 9 di Bandara Husein Sastranegara. Agen perjalanan wisata menjadikan Pasar Baru sebagai tujuan pertama wisman. Tidak heran jika bus pariwisata sudah memenuhi jalanan depan Pasar Baru pada pagi hari.
Gayung bersambut. Segala kemudahan ditawarkan oleh pedagang Pasar Baru, seperti gratis packing sampai siap meng-cargo-kan belanjaan wisatawan. Wisman asal Malaysia memang jika belanja di Pasar Baru tidak pernah sedikit. Mereka bisa belanja berkarung-karung, sehingga tidak mungkin jika langsung dibawa saat itu juga.
Penerbangan KUL-BDO menjadi berkah tersendiri. Tiket yang terbilang cukup murah untuk sebuah rute internasional menjadikan wisman asal Malaysia berbondong-bondong menuju Bandung. Dengan durasi penerbangan yang hanya 2 jam 10 menit menjadikan jarak Kuala Lumpur - Bandung seolah sangat dekat. Bandung tidak lagi hanya menjadi tujuan wisman asal Eropa karena adanya bangunan heritage peninggalan Belanda, tapi menjadi tujuan utama wisman Melayu.
Wisman Melayu
Wisatawan asal negeri jiran selama ini dikenal dengan wisatawan Melayu. Jawa Barat sebagai provinsi yang mayoritas penduduknya beragama Islam tentu saja sangat cocok bagi wisman Melayu ini. Mereka tidak sulit mencari makanan halal atau tempat beribadah karena masjid ada di mana-mana. Bahkan dai kondang KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) dengan Masjid Daarut Tauhid-nya sudah lama mempunyai program wisata religi. Program "Manajemen Qolbu" yang diinisiasi oleh Daarut Tauhid menjadi salah satu paket wisata yang banyak diminati oleh wisman Melayu asal Malaysia.
Jumlah penduduk Malaysia pada 2018 sebanyak 32,4 juta menurut data Jabatan Perangkaan Malaysia. Dari total penduduk sebanyak itu yang beretnis Melayu sebanyak 20,07 juta. Sementara etnis non Melayu, yaitu Cina sebanyak 6,69 juta, dan India sebanyak 2,01 juta. Ketika Jawa Barat menjadi tujuan wisata bagi wisman asal negeri jiran tersebut memang bukan suatu hal yang mengejutkan jika melihat kemiripan dari sisi agama.
Melihat series data yang ada di BPS Provinsi Jawa Barat, kunjungan wisman asal Malaysia rata-rata setiap bulannya mencapai 8-11 ribu kunjungan. Hanya saja ada bulan-bulan yang jumlah kunjungan wismannya sangat anjlok. Pada Juni 2017 jumlah kunjungan wisman asal Malaysia hanya sekitar 4 ribu kunjungan, sementara pada Juni 2018 hanya 3 ribu kunjungan. Juni di dua tahun itu memang waktu ketika sedang berlangsung puasa Ramadan.
Mengapa jumlah kunjungan wisman Malaysia turun drastis di momen Ramadan? Jawabannya tentu saja karena wisman Melayu sama halnya dengan umat Islam lain di penjuru dunia rata-rata tidak melakukan perjalanan wisata saat Ramadan. Mereka akan menahan untuk bepergian sampai tiba Hari Raya Idul Fitri. Kalaupun melakukan perjalanan, mereka akan berwisata rohani seperti melakukan ibadah umrah ke Tanah Suci.
Menggaet Non Melayu
Ketika terjadi penurunan wisman pada saat Ramadan, tentu pemerintah tidak boleh tinggal diam. Harus ada langkah proaktif dari pemerintah agar pada waktu tersebut wisman khususnya asal Malaysia tetap dapat berkunjung ke Jawa Barat. Jika melihat data yang disampaikan di atas bahwa ada lebih dari 8 juta jiwa etnis non Melayu di Malaysia, maka ini target potensial untuk dijadikan wisman.
Wisata di Jawa Barat tidak melulu wisata belanja produk tekstil di Kota Bandung dengan Pasar Baru-nya. Jawa Barat memiliki potensi wisata alam yang terbentang dari ujung barat ke timur dan utara ke selatan. Menurut informasi dari Asosiasi Perjalanan Wisata (ASITA) Jawa Barat, mereka sedang menggarap potensi wisman non Melayu asal Malaysia ini. Tentu saja pemerintah harus mendukung langkah pelaku usaha tersebut.
Sudah bukan rahasia lagi di luar momen Ramadan objek wisata selalu dipenuhi wisatawan. Sehingga kerap terjadi kepadatan baik di lokasi wisata maupun pada akses menuju objek wisata. Inilah yang bisa dijadikan promosi bagi wisman non Melayu. Mereka dapat berwisata leluasa dengan tidak terjebak kemacetan dan kepadatan di lokasi wisata, jika berwisata pada saat Ramadan.
Kurang dari dua bulan lagi Ramadan 2019 akan tiba. Menyimak potensi wisman non Melayu sebagaimana dibahas di atas tentu diperlukan langkap cepat dari pemerintah. Pemerintah harus mendukung pelaku usaha jasa pariwisata baik itu ASITA, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), dan stakeholder lainnya. Dengan kerja sama semua pihak diharapkan ada promosi yang menarik yang dapat ditawarkan bagi wisman non Melayu.
Apalagi saat ini tidak hanya penerbangan internasional dari Kuala Lumpur saja yang langsung ke Bandung, tapi ada juga dari Singapura yang dilayani oleh beberapa maskapai. Semoga saja usaha ini dapat menahan penurunan jumlah kunjungan wisman ke Jawa Barat di saat low season seperti Ramadan. Sehingga target kunjungan wisman ke Jawa Barat 2019 dapat tetap tercapai di tengah situasi politik yang memanas.
Muhamad Rikiansyah, S.Ikom humas di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
(mmu/mmu)
0 Comments :
Post a Comment