Judul Postingan : Sensitif Wewangian Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan - Indopos
Share link ini: Sensitif Wewangian Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan - Indopos
Sensitif Wewangian Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan - Indopos

indopos.co.id – Jika Anda pergi ke luar negeri, Anda mungkin akan melewati bebas pajak bandara dan akan melewati bagian parfum. Mungkin Anda akan berhenti dan menyemprotkan contoh parfum yang cukup mahal tanpa berniat membelinya.
Bagi kebanyakan orang, menghirup udara di konter parfum tidaklah menjadi masalah. Tetapi untuk beberapa orang, perjalanan melalui area bebas pajak adalah pengalaman menyesakkan dan membuat mual.
Baca Juga :
Sebuah penelitian yang dirilis tahun ini menemukan bahwa satu diantara tiga orang dewasa diklaim memiliki masalah kesehatan yang desebabkan oleh produk berpewangi, baik itu parfum, kosmetik, pewangi pakaian, atau sabun. Penelitian itu menemukan bahwa sensitivitas pada wewangian dapat menyebabkan migrain, mata berair, dan masalah pernapasan.
Lebih dari 4.300 orang di Inggris, Amerika Serikat, Australia, dan Swedia menanggapi, termasuk 1.100 orang dari Inggris. Dr. Anne Steinemann, seorang professor di Universitas Melbourne dan juga pemimpin penelitian itu mengatakan pada New Scientist bahwa ia mencirikan kepekaan wewangian sebagai epidemi kesehatan yang belum diketahui skalanya. Steinemann menyarankan bahwa wewangian harus menyediakan label jelas yang berisi bahan-bahan yang dikandungnya.
Baca Juga :
Semakin banyak bandara yang mengetahui masalah tersebut dan menawarkan rute bebas parfum untuk penumpang dengan kepekaan aroma seperti di bandara Helsinki, Vancouverm, dan Kopenhagen.legislator juga mulai menanggapi kebutuhan akan ruang public yang bebas pewangi, di mana sebagaian besar rumah sakit dan sekolah di Halifax, Nova Scotia, melarang karyawan mengenakan parfum, sementara di Oakland, California, pejabat kota meminta penduduk untuk tidak memakai parfum untuk pertemuan publik.
Suatu hari, semua ruang publik mungkin akan bebas aroma. Itu akan menjadi berita buruk bagi produsen parfum, tetapi sangat baik untuk orang-orang seperti Lesley Heidinger, seorang pekerja pusat panggilan berusia 46 tahun dari Edmonton, Kanada. Heidinger memiliki Multiple Chemical Sensitivity (MCS), suatu kondisi yang ditandai dengan sensitivitas terhadap berbagai bahan kimia, banyak di antaranya biasanya ditemukan dalam sabun, deterjen, gel sanitiser dan parfum.
Baca Juga :
Dia dapat mentoleransi aroma alami, termasuk sebagian besar minyak atsiri, tetapi wewangian sintetis akan mengganggunya. Jika Heidinger menghirup aroma rekannya, sinusnya akan kambuh, dia akan bersin dan batuk ,dan setelahnya ia akan merasakan migrain yang dapat bertahan hingga berhari-hari. Gejala MCS lainnya yang dilaporkan termasuk nyeri otot, kelelahan, dan disorientasi.
“Ini adalah pertempuran konstan,” kata Heidinger. Dia telah libur kerja hampir sepanjang tahun, karena gejalanya sudah sangat buruk. Meskipun atasannya telah menerapkan zona pengurangan aroma di sekitar mejanya, yang berarti bahwa rekan kerja di sekitarnya langsung diminta untuk tidak memakai wewangian, ini tidak berlaku untuk ruang umum.
“Saya tidak tahu apakah orang menyadari dampak nyata dari itu,” dia menghela nafas. “Itu membuat saya sangat sakit. Mengalami migrain selama seminggu benar-benar tidak menyenangkan,” ungkapnya.
Heidinger juga peka terhadap asap dan aroma dari bubuk pencuci dan kondisioner kain. Keadaan menjadi sangat buruk dan memaksanya untuk menjual flatnya, karena memiliki ruang binatu bersama. Ia pindah ke suatu tempat dengan mesin cuci pengering sendiri, jadi dia tidak akan terkena bau pakaian orang lain.
Dalam penerbangan baru-baru ini ke Italia, Heidinger harus pindah kursi karena peremppuan di sebelahnya mengenakan parfum. “Aku bisa menciumnya begitu dia duduk. Saya hanya berkata, ‘Saya tidak bisa duduk di sebelah Anda,” kisahnya.
MCS yagn diderita Heidinger diakui secara medis. Dia telah didiagnosis oleh dokternya dan menerima tunjangan cacat ketika dia tidak dapat bekerja. Tetapi tidak semua orang bertemu dengan belas kasih dan validasi oleh para profesional medis. Forum online untuk orang-orang dengan MCS penuh dengan cerita-cerita tentang mereka yang tidak dianggap serius oleh dokter, sementara ada perdebatan dalam kedokteran tentang apakah MCS bersifat fisiologis atau psikologis.
Sebuah studi di AS pada 2011 menemukan bahwa hanya 30 persen dokter yang disurvei telah menerima pelatihan formal tentang MCS. Situs web NHS tidak menerbitkan pedoman pengobatan untuk MCS.
“Orang-orang ini adalah korban dari pengobatan konvensional,” kata Dr Apelles Econs, seorang spesialis alergi di Klinik Burghwood di Surrey. “Karena orang dengan MCS, alih-alih alergi terhadap bahan kimia, mereka lebih kepada tidak toleran terhadap bahan-bahan tersebut. Tes alergi juga seringkali menjadi negatif,” tambahnya.
Econs mengatakan bahwa mereka mungkin diberitahu bahwa mereka hanya membayangkannya, dan memberikan rujukan ke rekan psikiatrik untuk melihat apakah mereka dapat memperbaiki kondisi tersebut. “Tetapi pada kenyataannya, akar masalahnya belum ditangani dengan benar,” ujarnya.
“Ini adalah kondisi yang tidak diakui,” ungkap Prof Howard Hu setuju. Ia adalah pakar kesehatan lingkungan terkemuka di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Washington. MCS kadang-kadang disebut sebagai penyakit lingkungan, karena penderita dipicu oleh bahan kimia eksternal di lingkungan hidup dan kerja mereka.
Tetapi Hu percaya bahwa perspektif komunitas medis tentang MCS dapat berubah. “Ada beberapa penelitian layak yang keluar. Menurut saya, buktinya bagus bahwa ada sesuatu yang neurologis terjadi yang dipicu oleh bau dan mengarah ke aliran peristiwa di otak yang bermanifestasi sebagai gejala-gejala ini. Apakah ini fisiologis atau psikologis? Bisa jadi ada diantaranya. Alat yang kita miliki untuk menyelidiki gangguan ini masih sangat primitif,” jelasnya.
Sampai ada lebih banyak yang dapat diketahui tentang MCS, memberikan ruang public yang bebas pewangi bisa menjadi langkah yang baik. “Itu adalah hal yang menakjubkan, membayangkan bagaimana terekspos sesuatu dapat membuat saya sakit,” kata Heidinger. “Sangat menyedihkan tidak bisa pergi bekerja dan menikmati hidup sepenuhnya karena hal ini. Itu bukanlah cara yang menyenangkan untuk hidup,” tambahnya. (fay)
0 Comments :
Post a Comment