Judul Postingan : Cerita Nurul Izzah, Siswa SD Sains Jatim Berusia 50 Tahun - Harian Bhirawa
Share link ini: Cerita Nurul Izzah, Siswa SD Sains Jatim Berusia 50 Tahun - Harian Bhirawa
Cerita Nurul Izzah, Siswa SD Sains Jatim Berusia 50 Tahun - Harian Bhirawa
Didukung Keluarga, Selalu Semangat Menimba Ilmu Agar Bisa Mandiri
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Di Kabupaten Situbondo ada salah satu siswa SD Sains (Sekolah Dasar Sentra Anak Inklusi Situbondo Jatim) berusia 50 tahun. Meski telah berkepala lima, siswa bernama Nurul Izzah itu tetap memiliki semangat tinggi untuk menimba ilmu. SD yang beralamat di Jalan Baluran Nomor 25, Dusun Perayaan, Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo dikenal luas sebagai tempat anak menimba ilmu dari kalangan anak berkebutuhan khusus (ABK) dan siswa reguler.
Saat itu, Nurul Izzah yang berdomisili di Perumahan Bumi Ayu, Jalan Sucipto, Kelurahan Dawuhan, Situbondo seperti biasa bersama puluhan teman-teman sekolahnya yang berusia belia mengikuti pelajaran harian. Dari dekat, sangat tampak dari wajahnya jika Nurul Izzah merupakan murid paling tua dibanding teman-teman seangkatannya di SD Sains Jatim.
Namun jangan heran, Nurul Izzah tidak akan kalah dalam menyerap ilmu dari guru-gurunya. “Ya dia (Nurul Izzah, red) paling semangat kalau mengikuti pelajaran di sekolah,” ujar Perintis SD Sains Situbondo ST Wati Sulasminingsih.
Kak Wati-panggilan akrab ST Wati Sulasminingsih mengatakan, puteri pasangan Abdurrahman-Sa’atiyah itu memiliki kisah perjalanan yang panjang sebelum melabuhkan pilihan hatinya menimba ilmu di SD Sains Jatim. Pertama kali, aku Wati, muridnya yang bernama Nurul Izzah bersekolah di SDN 9 Dawuhan Situbondo namun tanpa alasan yang jelas tidak sampai tuntas (tamat) dan pindah ke SD-SMP SLB Situbondo. Karena tidak mendapatkan hasil, terang Wati, oleh keluarganya Nurul Izzah diboyong ke MI di Bekasi. “Dia (Nurul Izzah, red) sempat lulus sekolah di Mi Bekasi Jakarta,” papar Wati.
Namun keluarganya tetap kecewa, karena harapan Nurul kala itu untuk bisa membaca dan mengaji tidak kunjung kesampaian. Keluarganya kembali memboyong Nurul ke kampung halamannya di Situbondo dan didaftarkan di TPA Melati dikompleks masjid Al Jihad Situbondo. Namun faktanya, aku Wati, muridnya itu blum juga bisa membaca alquran dan membaca buku. “Setelah sempat berkeliling mencari sekolah yang diidamkan, Nurul tetap tidak mendapatkan sekolah yang berani menerima karena umurnya sudah 30 tahun,” ujar Wati.
Singkat cerita, karena Nurul tidak mendapatkan kesempatan bersekolah akhirnya keluarga memilih menyekolahkan ke Malang, disebuah tempat kursus. Setelah kesepakatan itu dicapai, lanjut Wati, semua keluarga yang berjumlah belasan berunding dan sepakat membawa Nurul ke Kota Malang. Namun setelah menjalani sekolah di Malang, Nurul mengaku jenuh karena tidak ada capaian kemampuan dan keterampilan. Bahkan hari harinya hanya habis untuk menonton hiburan di televisi. “Keluarganya, tak tega dan kembali membawa Nuul ke Jakarta. Puncaknya Nurul tidak kerasan dengan hingar bingar kehidupan Jakarta. Dia berpikir hidup di Jakarta akan enak namun kesan yang ada malah sebaliknya,” tegas Wati.
Terakhir Nurul, sambung Wati, pulang kembali ke Situbondo sambil mencari sekolah formal atau non formal yang bisa menampung karena usianya sudah tua. Sambil mengasuh keponakannya bersekolah, Nurul bersikeras mencari informasi sekolah yang bisa menerima siswa berusia lanjut. Baru pada tahun 2013, terang Wati, ia diminta membentuk sekolah formal meski jumlah siswa kala itu sedikit. Saat itu, kenang Wati, baru ada tujuh siswa dan satu wali murid diantaranya meminta Wati untuk menerima Nurul bersekolah. “Tujuan Nurul bersekolah di usia tua tidak ingin mencari ijasah tetapi hanya ingin hidup mandiri dan bisa bergembira,” tegas Wati.
Lebih jauh Wati memaparkan, setelah menerima Nurul dan tujuh siswa yang tidak pernah diterima di sekolah umum, ia bergerak mengadakan skrining untuk pemetaan kemampuan dan keahlian siswa sehingga anak bisa mandiri saat di rumah atau di tempat umum. Nah, memasuki tahun 2014, ujar Wati, SD Sains mulai mengadakan kegiatan keluar seperti talkshow, roadshow di beberapa media elektronik dan Tv lokal di Situbondo. Tak hanya itu, Wati juga kerap mengadakan pameran hak karya anak seperti puisi, tari, lawak dan berpidato, ia gagas dihadapan publik. “Waktu itu Nurul jarang masuk karena sakit dan kondisi psikisnya yang tertekan karena usianya sudah tua. Setelah dikunjungi kakak kakak yang mengajar, akhirnya Nurul kembali semangat bersekolah,” pungkas Wati.
Kerabat Nurul Izzah bernama Husnul Imani menimpali, ia sejak awal mendukung Nurul Izzah untuk menimba ilmu meski usianya telah memasuki lansia. Dia juga sering berdoa, kondisi fisik Nurul selalu sehat dalam menjalani hidup dan menimba ilmu di SD Sains Jatim. Kata Husnul, saudaranya itu kadang bicaranya gagap, terutama saat membaca dan menyanyi, ikut drama dan membaca puisi. Sebaliknya, ujar Husnul, Nurul sering tampil di TV lokal dengan peran sebagai pinguin dan chiken. “Kami sangat berterimakasih kepada keluarga besar SD Sains Jatim yang telah menerima Nurul bersekolah,” aku Husnul.
Masih kata Husnul, agar potensi Nurul terasah, sekolah kadangkala mengikutkan Nurul pada kegiatan EO yang biasanya menyelenggarakan aneka lomba seperti mewarnai, menggambar menyanyi sehingga memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan optimis dalam mengaruhi kehidupan kedepan. “Meski hanya mendapatkan sertifikat, Nurul selalu rajin ikut lomba. Setahu saya dia baru usia 47 baru bisa berenang, berkuda dan ikut latihan memanah. Padahal dalam bayangannya, dia tidak akan bisa menikmati kegiatan itu,” urai Husnul.
Yang membuat terenyuh, papar Husnul, saat Nurul menikmati liburan sekolah dirumah dengan menjahit memasak berkebun dan beternak serta membuat kue. Bahkan, aku Husnul, kini Nurul bisa bertransaksi melalui ojol. Husnul kini bersyukur, karena Nurul sudah bisa hidup secara mandiri dan bisa mengembangkan usaha pembuatan kue basah. Karena sudah mampu mengukir prestasi, lanjut Husnul, kedepan Nurul berencana akan serius mengembangkan usaha secara mandiri. “Sepertinya usaha kue basah itu cocok untuk dikembangkan secara serius oleh Nurul Izzah,” ujar Husnul saat mendampingi Nurul Izzah. [sawawi]
0 Comments :
Post a Comment