Ciri Wilayah Berpotensi Likuefaksi, Daerah Pantai dan Gunung Api Aktif - Tekno Tempo

Ciri Wilayah Berpotensi Likuefaksi, Daerah Pantai dan Gunung Api Aktif - Tekno Tempo Rss Online Ciri Wilayah Berpotensi Likuefaksi, Daerah Pantai dan Gunung Api Aktif - Tekno Tempo, Daerah,

Judul Postingan : Ciri Wilayah Berpotensi Likuefaksi, Daerah Pantai dan Gunung Api Aktif - Tekno Tempo
Share link ini: Ciri Wilayah Berpotensi Likuefaksi, Daerah Pantai dan Gunung Api Aktif - Tekno Tempo

BACA JUGA


Ciri Wilayah Berpotensi Likuefaksi, Daerah Pantai dan Gunung Api Aktif - Tekno Tempo

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI telah meneliti potensi bencana likuefaksi di Kota Padang, Sumatera Barat. Peneliti dan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Adrin Tohari menjelaskan ciri-ciri wilayah yang memiliki potensi terjadinya likuefaksi.

"Ciri-ciri wilayah yang berpotensi mengalami likuefaksi adalah tersusun oleh lapisan pasir lepas seperti daerah pantai, daerah gunung api aktif. Kemudian kedalaman muka air tanah dangkal kurang dari 5 m," ujar Adrin kepada Tempo, Senin, 30 September 2019.

Likuefaksi adalah suatu fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah pasir lepas yang jenuh air akibat goncangan gempa bumi. Sehingga mengakibatkan lapisan pasir berperilaku seperti cairan. Likuefaksi terjadi saat guncangan gempa bumi.

Selain itu, Adrin berujar, likuefaksi juga bisa terjadi di wilayah yang berada pada zona gempa bumi besar. Gempa magnitude lebih dari 6,0 bisa menyebabkan likuefaksi jika gempa tersebut menghasilkan percepatan tanah puncak lebih dari 0,1 g dan durasi lebih dari 1 menit.

"Ada juga likuefaksi aliran yang terjadi pada wilayah dengan kemiringan lereng landai (kurang dari 3 persen)," kata Adrin. "Likuefaksi aliran merupakan fenomena likuefaksi yang terjadi di Kota Palu (Balaroa dan Petobo) dan Kabupaten Sigi (Jono Oge, Lolu dan Sibalaya Selatan) yang menimbulkan korban jiwa serta bergesernya pemukiman dan jalan."

Adrin menambahkan bahwa ada beberapa faktor yang mengontrol terjadinya likuefaksi yakni kepadatan lapisan tanah pasir, kondisi kejenuhan lapisan pasir, besaran gempa, percepatan tanah puncak dan durasi guncangan gempa.

Likuefaksi, Adrin berujar, dapat terjadi di lokasi yang sama karena fenomena ini tidak menyebabkan lapisan tanah menjadi padat.

"Jadi wilayah likuefaksi aliran di Kota Palu dan Sigi masih tetap mempunyai potensi untuk mengalami likuefaksi kembali di masa mendatang. Oleh karena itu wilayah yang telah mengalami bencana likuefaksi dahsyat tersebut tidak boleh dijadikan wilayah pemukiman kembali," tutur Adrin.

Likuefaksi di Kota Palu, Balaroa dan Petobo serta di Kabupaten Sigi (Jono Oge, Lolu dan Sibalaya Selatan) terjadi tahun lalu bersamaan dengan gempa dan tsunami. Likuefaksi juga pernah terjadi di Kota Padang pada September 2009, tapi dampak yang ditimbulkan tidak separah di Palu.



Share on Google Plus

- Silly

-.

0 Comments :

Post a Comment