Judul Postingan : Mengenal Puasa Intermiten dan Manfaatnya untuk Kesehatan - Kompas.com - Lifestyle Kompas.com
Share link ini: Mengenal Puasa Intermiten dan Manfaatnya untuk Kesehatan - Kompas.com - Lifestyle Kompas.com
Mengenal Puasa Intermiten dan Manfaatnya untuk Kesehatan - Kompas.com - Lifestyle Kompas.com
KOMPAS.com- Mengatur waktu makan menjadi cara banyak orang untuk menurunkan berat badan.
Mengatur jam makan sama pentingnya dengan mengatur apa yang kita makan dan apa yang harus kita hindari.
Metode pengaturan jam makan atau yang dikenal dengan puasa intermiten bisanya dilakukan dengan menerapkan jendela makan delapan hingga 10 jam dalam sehari.
Metode diet semacam ini dipercaya membuat tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Bagi penderita pradiabetes atau tekanan darah inggi, tingkat kadar gula dan tekanan darah biasanya akan normal dengan metode ini.
Pola makan ini bekerja dengan menyesuaikan jam internal kita atau ritme sirkadian. Sejak lahir, sistem pencernaan kita diprogram untuk makan selama siang hari dan istirahat di malam hari ketika kita tidur.
Makan di malam hari membuat tubuh terus memproduksi insulin selama berjam-jam padahal kita tidak memerlukan banyak gula untuk energi.
Akibatnya, lebih banyak gula disimpan sebagai lemak. Inilah sebabnya mengapa makan di malam hari dapat meningkatkan risiko diabetes dan obesitas.
“Makan hanya delapan jam di awal hari memungkinkan pankreas Anda untuk beristirahat," kata ahli diet Kate Patton.
Menurutnya, cara ini meningkatkan metabolisme kita, dan membuat tubuh menyimpan lebih sedikit kalori sebagai lemak dan membakar lemak yang tersimpan di tubuh.
Baca juga: Awas, Diet Yoyo Bikin Massa Otot Turun dan Massa Lemak Naik
Tubuh kita memecah karbohidrat sederhana menjadi gula, yang dilepaskan ke dalam aliran darah.
Kita membutuhkan gula untuk energi, tetapi ketika kita kelebihan berat badan atau obesitas, kelebihan gula yang tidak kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi segera disimpan dalam sel sebagai lemak.
Insulin yang diproduksi di pankreas memfasilitasi proses penyimpanan. Ketika kita tidak makan untuk jangka waktu tertentu, insulin tidak diperlukan dan kadar insulin darah kita turun.
Ini menjadi sinyal sel-sel lemak kita untuk melepaskan gula yang digunakan sebagai energi. Ketika kadar insulin turun cukup jauh, kita membakar cukup lemak untuk menurunkan berat badan.
Ada beberapa jenis puasa intermiten namun tidak semuanya efektif untuk kita.
Beberapa alternatif puasa terkadang tidak akan menghasilkan penurunan berat badan yang efektif atau meningkatkan kesehatan jantung dibanding menerapkan pola makan rendah kalori.
Studi membuktikan, pembatasan waktu makan yang terlalu ketat juga tidak memberi manfaat kesehatan.
Misalnya, puasa intermiten dengan sistem 8:16 dianggap efektif menurunkan kadar insulin dan menormalkan tekanan darah pada pria dengan pradiabetes atau prehipertensi darpada puasa dengan sistem 12:12.
Peserta studi yang mengikuti pola puasa 8:16 - jam makan bebas selama delapan jam dan puasa selama 16 jam - merasa kenyang di malam hari.
Tidak semua peserta dalam studi ini kehilangan berat badan tetapi tidak ada peserta yang mengalami penambahan berat badan.
“Ada beberapa fleksibilitas dalam jadwal makan. Anda bisa makan mulai pukul 7 pagi hingga 2 siang atau dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore, tergantung kapan Anda tidur dan kapan Anda bangun," ucap Patton.
Menurutnya, inti dari semua ini adalah kita makan di pagi hari dan menghindari makan sebelum tidur.
Dampak pembatasan waktu makan ini belum diketahui pasti. Namun, banyak orang mengklaim metode diet ini sangat efektif untuk menurunkan berat badan, terutama bagi mereka yang berisiko diabetes.
Sayangnya, pola diet semacam ini tidak aman untuk penderita diabetes tipe satu, yang tak mampu memproduksi insulin.
"Pola makan ini bisa menyebabkan kadar gula darah Anda naik atau rendah," kata Patton.
Orang yang mengonsumsi obat diabetes, wanita yang sedang hamil atau menyusui dan siapa pun dengan risiko kesehatan harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mencoba pola makan ini.
Seperti halnya dengan diet apa pun, hasil terbaik diperoleh dengan menggabungkan pola makan di awal waktu dan pilihan makanan sehat.
“Anda harus makan dengan baik. Anda tidak akan menurunkan berat badan jika Anda makan dengan buruk," kata Patton.
Menurutnya, diet vegan atau mediterania adalah pola diet yang ideal. Diet semacam ini menekankan konsumsi buah-buahan, sayuran, lentil, biji-bijian utuh dan lemak sehat serta membatasi asupan biji-bijian dan gula olahan.
0 Comments :
Post a Comment