Pengamat: Politik Erat Kaitannya dengan Olahraga - detikSport

Pengamat: Politik Erat Kaitannya dengan Olahraga - detikSport Rss Online Pengamat: Politik Erat Kaitannya dengan Olahraga - detikSport, Olahraga,

Judul Postingan : Pengamat: Politik Erat Kaitannya dengan Olahraga - detikSport
Share link ini: Pengamat: Politik Erat Kaitannya dengan Olahraga - detikSport

BACA JUGA


Pengamat: Politik Erat Kaitannya dengan Olahraga - detikSport

Jakarta - Jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) tengah bulan ini, banyak pihak yang menggunakan atlet sebagai kampanye. Hal ini wajar mengingat olahraga erat dengan politik.

Sedang ramai perdebatan ketika operator kompetisi basket Indonesia, Indonesian Basketball League (IBL), mengirim pesan berantai ajakan untuk hadir di deklarasi salah satu calon pasangan.

Meski sudah disanggah hal tersebut tidak wajib, namun tetap memunculkan adanya keinginan untuk menghubung-hubungkan politik dengan olahraga.

Pemerhati olahraga Tommy Apriantono mengatakan situasi tersebut sejatinya lazim dilakukan. Sebab, pada dasarnya sudah sejak tahun 1938, olahraga memiliki hubungan yang erat dengan politik.

"Sebenarnya olahraga dan politik erat kaitannya. Tidak bisa tidak, meski orang bilang jangan dikaitkan. Karena dari awalnya olahraga kaitannya dengan politik sejak olimpiade 1938. Misalnya, dulu angkatan perang atlet-atletnya ada. Atau ketika Jepang pertama kali ingin menjadi tuan rumah olimpiade 1964 untuk memperlihatkan ekonomi dan politiknya sudah kembali stabil dari kalah perang dunia kedua," kata Tommy saat berbincang dengan detikSport, Selasa (2/4).

"Nah, hal yang sama dengan Indonesia tahun 1962 Bung Karno menggunakan politik untuk memunculkan Indonesia adalah negara maju teknologi dan sebagainya. Dan negara kita bebas dari pengaruh blok timur maupun blok barat. Jadi memang tak bisa dipisahkan. Di dalam negeri, maupun negara berkembang itu kaitannya erat," sambungnya.

Hal itu juga semakin dipertegas lantaran banyak fasilitas-fasilitas olahraga yang dimiliki pemerintah.

"Coba berapa banyak lapangan sepakbola yang milik swasta, Persib, Persija tak punya fasilitas. Sama halnya Persija akan bergantung dengan Anies Baswedan dengan stadion BMW-nya dan prediksi saya ini akan digunakan Anies untuk 2024," Tommy memprediksi.

"Nah, berikutnya lagi cabang lain, karena pemerintah itu menjadi donatur terbesar untuk cabornya. Itu lain halnya dengan United State Olympic Amerika Serikat, peran pemerintah hampir nol. Paling besar dari swasta."

"Sama dengan olympic commite dana paling besar dari sponsor sehingga mereka tak tergantung dengan politik. Dan politikus tak mau disorot karena jika ada apa-apa pasti disorot," katanya.

"Jadi memang erat kaitannya. Hanya jangan karena itu jadi kasar mainnya. Timnas ketika La Nyalla Mattalitti menjadi Ketua PSSI, beberapa pemain U-19 dijadikan kampanye Prabowo Subianto. Bahkan ada gambar di kaosnya,"

"Nah, sekarang pun termasuk kemarin di Pilkada, ketua Askot bandung terpilih sebagai wakil walikota bandung, itu terpilih karena pengaruh viking dan bobotoh. Termasuk anaknya pak Hj. Umuh Muchtar terpilih menjadi bupati Sumedang. Itu bukan karena partai Demokratnya, tapi karena bobotohnya yang militan. Termasuk Bupati Ciamis yg skrng terpilih itu ketua PSCG. Jadi bagaimana pun erat kaitannya tapi jangan terlalu kasar menggunakannya."

Tommy menjelaskan untuk efeknya kepada olahraga atau klub suporter sendiri harusnya ada. Tapi memang tergantung apakah yang didukung tersebut lupa tidak dengan janji-janjinya.

"Artinya kalau terpilih dia membangun jatingan stadion sepakbola diutamakan karena pendukung utamanya orang-orang olahraga. Makanya misalnya di negara lain olahraga menjadi salah satu program utama dari pemerintah. Karena 3 hal dari satu negara populer. Pertama ekonomi, militer, dan olahraga. Bisa cari rangking olympic pasti itu negara maju semua, Amerika, China, Rusia, Inggris, Jerman, Prancis, Jepang, Korea."

Sementara dampak memecah belah sendiri tidak akan terlalu signifikan. Selama ini, dijelaskan dia, dampak paling parah untuk memecah belah datang dari isu agama.

"Tidak akan signifikan karena begitu bertanding mereka akan lupa. Beda dengan agama, karena begitu dijanjikan kamu masuk surga atau kafir itu akan membekas."

"Buktinya 2014 Bapak Tono Suratman (Ketua KONI Pusat) terang-terangan mendukung Prabowo. Balik lagi tak pengaruh signifikan. Selama orang-orang tersebut mengedepankan jiwa olahraganya," demikian Tommy.

(mcy/mrp)



Share on Google Plus

- Silly

-.

0 Comments :

Post a Comment