Judul Postingan : Menakar Dunia Kita - Banjarmasin Post
Share link ini: Menakar Dunia Kita - Banjarmasin Post
Menakar Dunia Kita - Banjarmasin Post
Oleh: KH Husin Naparin, Ketua Umum MUI Kalsel
Allah SWT telah menentukan takdir-Nya bahwa laki-laki diciptakan kuat pisik dan akal pikirannya (masculine) sehingga menjadi qawwamun (pemimpin) alan-nisaa (bagi keluarga), sedangkan wanita berpisik lembut dan emasional (faminine) yang harus dilindungi. (QS 4/34). Masing-masing mempunyai fungsi dan tugas sesuai kodratnya.
Masing-masing tidak dibenarkan iri hati (tamannau) terhadap karunia Allah kepada sebagian yang lain, (karena) bagi laki-laki ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan. (QS 4/32).
Dengan perkawinan keduanya, kehidupan menjadi harmonis dan nyaman, litaskunuu ilaihaa wa ja’ala bainakum mawaddatan wa rahmah, agar kalian tenteram dengan pasangan kamu dan dijadikan-Nya rasa kasih dan sayang, hal ini sebagai tanda kekuasaan Allah bagi mereka yang mau merenung. (QS 30/21) .
Laki-laki ditakdirkan menyukai wanita, anak-anak, harta yang banyak berupa emas, perak, kuda pilihan, hewan-hewan ternak dan sawah ladang, itulah kesenangan hidup duniawi. (QS 3/145); kita dibenarkan menikmatinya dengan syarat halal, tidak boros, untuk mensyukurinya yaitu digunakan sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah mencari ridha-Nya. wa laa tansa nashiibaka minad-dun-ya, jangan kamu lupa bahagian kamu di dunia. (28/77)
Kehidupan dunia jika dilihat dari segi ketidaklanggengannya, cepat rusak dan sirnanya, seperti halnya air (hujan) yang diturunkan dari langit menyuburkan tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering diterbangkan angin. (QS 18/45).
Harta dan anak-anak yang disukai, semata perhiasan kehidupan dunia, sedangkan amalan-amalan yang kekal lagi saleh lebih baik di sisi Tuhan dan lebih baik dijadikan harapan. (QS 18/46-47).
Di antara isteri dan anak-anak bisa menjadi musuh bagi seseorang, jika anak dan istri mereka menjadi penghalang taat kepada Allah dan beramal saleh; dan menjadi fitnah (cobaan), jika mereka tidak bisa dididik untuk taat kepada Allah, demikian pula harta yang digunakan untuk maksiat. QS 66/14-15). Karenanya berhati-hatilah jangan sampai harta dan anak- anak melenakan diri dari dzikrullah (QS 63 /10)
Kehidupan dunia adalah permainan (la’ibun), sia-sia (lahwun) dan berelok-elok (zinah), berbangga-bangga (tafakh-khur), dan berbanyak-banyakan materi dan pengikut. Jika hal ini yang berlaku bagi seseorang, jadilah kehidupan dunia menipunya (gurur). (QS 57/20). Berapa banyak manusia tertipu, siang malam menumpuk materi duniawi tetapi tidak sempat menikmatinya.
Ia kecapean, akhirnya sakit dan meninggal. Ia dimasukkan ke tempat peristirahatan terakhir. Bisakah ia beristirahat disitu, wallahiu a’lam. Ia dilalaikan oleh ambisi menumpuk. Alhaakumut-takaatusr, hattaa zurtumul-maqaabir. (QS 102/1).
Kata dunia, sebenarnya berasal dari kata“ dani-i “(bahasa Arab), artinya kotor. Apa kotornya? Kotor bila mencintai dunia dan menumpuknya untuk kemaksiatan berakibat sengsara di akhirat. Kalau seseorang cinta dunia dan meraupnya bertujuan untuk beramal saleh, menuntut ilmu, sedekah dan kebaikan umat; bukan lagi dunia, itu adalah akhirat. Nabi SAW bersabda, “dunia terkutuk (mal’un), kecuali orang berilmu, orang menuntut ilmu, dzikrullah dan yang semisalnya.” (AL-Mu’jam Al-Ausat 4248).
Bagaimanakah kita mendapatkan dunia ? Ada tiga tipe manusia : Pertama meyakini rezeki di dapat atas usaha dan kepintaran sendiri. Manusia seperti ini jatuh kepada kufur, yaitu kufur nikmat, kendati ia ber Tuhan Allah, tetapi mengingkari bahwa Allah adsalah Penjamin rezeki. Jangan silau dengan tumpukan materinya orang-orang tidak beriman, kendati menggunung sampai ke langit.
Mereka bebas menumpuknya dengan segala cara (taqallubulladziina kafaruu fil-bilaad), mereka menumpuk dunia semaunya dengan cegera karena tidak ada rambu-rambu halal-haram. Ketahuilah itu hanya mataa’un qaliil, kesenangan sementara, nanti mereka ditempatkan di neraka jahannam. (QS 3/196-197). Mereka hanya tahu lahiriyah dunia, dan sudah menjadi karakter mereka tidak mau tahu akhirat (QS.30/9).
Kedua manusia yang mengakui rezeki dari Allah, tetapi di dapat atas hasil usahanya sendiri; tanpa usaha, rezeki tidak akan didapat. Manusia seperti ini jatuh kepada syirik, karena menyertakan kekuatan lain (dirinya) dengan Allah. Banyak di antara kita yang tidak menyadari hal ini.
Berdoalah, “Allaahumma innii a’uudzubika an usyrika bika wa ana a’lamu wa maa laa a’lam,” Artinya, Ya Allah sungguh, aku berlindung kepada dari menyekutukan Engkau yang aku tahu dan yang aku tidak tahu.(Shahih al-Jami’ 3625)
Ketiga manusia yang meyakini rezeki dari Allah dan usaha hanyalah sebab mendapatkannya; dan ia tahu bahwa Allah mampu menganugerahkan rezeki tanpa sebab. Mereka ini menjadi mukmin dan muslim; dan apabila rezekinya digunakannya untuk beribadah mencari ridha Allah dan berbuat baik kepada sesama makhluk Allah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada dirinya, jadilah ia muhsin. (*)
0 Comments :
Post a Comment