Gunung Galunggung Berpotensi Menjadi Destinasi Wisata Edukasi - Pikiran Rakyat

Gunung Galunggung Berpotensi Menjadi Destinasi Wisata Edukasi - Pikiran Rakyat Rss Online Gunung Galunggung Berpotensi Menjadi Destinasi Wisata Edukasi - Pikiran Rakyat, Wisata,

Judul Postingan : Gunung Galunggung Berpotensi Menjadi Destinasi Wisata Edukasi - Pikiran Rakyat
Share link ini: Gunung Galunggung Berpotensi Menjadi Destinasi Wisata Edukasi - Pikiran Rakyat

BACA JUGA


Gunung Galunggung Berpotensi Menjadi Destinasi Wisata Edukasi - Pikiran Rakyat

TASIKMALAYA, (PR).- Gunung Galunggung memiliki potensi sebagai destinasi wisata edukasi di Jawa Barat. Sejarah bentang alam Galunggung serta kekayaan flora dan faunanya mendukung pengembangan wisata yang berbasis konservasi alam. 

Hanya saja, pengembangan itu masih terkendala cara pandang masyarakat yang melihat wisata hanya sekadar kunjunga menikmati pemandangan dan berfoto. Padahal dengan wisata edukasi, pengunjung bisa menambah pengetahuan dengan tetap menikmati keindahan alam Galunggung. 

Hal ini mengemuka dalam Talk Show Gunung Galunggung Sebagai Wisata Edukasi di Gedung Rektorat Universitas Siliwangi, Jalan Siliwangi, Kota Tasikmalaya, Kamis, 28 Februari 2019. Para pembicara yang hadir adalah Peneliti Geologi sekaligus Founder GeoHistory.Id Irev Jundulloh, Rinaldi Rizal Putra (dosen dan peneliti bidang botani jurusan pendidikan biologi IKIP Unsil), dan Diki Muhamad Chaidir (dosen jurusan pendidikan biologi FKIP serta Kelompok Studi Biodiversitas dan Konservasi Unsil). 

Irev menuturkan, pengunjung Galunggung selama ini lebih disodori panorama kawah dan pemandangan bentang alamnya. Namun, kunjungan semacam itu jarang berulang. "Untuk pertama kali penasaran, tetapi tidak dua kali (berkunjung lagi)," kata Irev. 

Selain tangga menanjak menuju kawah yang menguras tenaga, tak ada pula alternatif lain yang ditawarkan guna menikmati Galunggung secara berbeda. Ia mencontohkan, Gunung Bromo di Jawa Timur memiliki paket wisata budaya seperti upacara Kasodo serta kegiatan kebudayaan lain selain pemandangan hamparan pasirnya yang telah tersohor. 

Padahal, Galunggung pun memiliki opsi-opsi wisata yang laik dikembangkan. Seperti sejarah letusan dan peristiwan kebumian 10 ribu bukit yang menjadi akibatnya di Tasikmalaya.

Pengunjung bisa diajak melancong Galunggung sembari disuguhi asupan pengetahun kebumian tersebut. Tak pelak, mereka bukan sekadar berfoto dan memandangi area kawah tanpa mendapatkan edukasi mengenai peristiwa alamnya. 

Saat tiba di lokasi parkir yang berada di bawah kawah misalnya, pemandu wisata tinggal menyuguhkan cerita awal mula bentukan kawah dan persoalan geografi lain yang terkait Galunggung. Selanjutnya, pengetahuan mengenai sejarah letusan Galunggung yang terjadi pada 4200 tahu silam, 1822, 1894, 1918, 1982 disajika ketika pengunjung menapak di bibir kawah.

Turun ke kawasan hutan pinus, asupan ilmu kebumian lain berupa terbentuk perbukitan 10 ribu dampak longsor dahsyat letusan Galunggung bakal semakin menambah pengetahuan para wisatawan. Namun, suguhan wisata edukasi tersebut tetap menampilkan sisi petualangan dan keceriaan mereka. 

Eksplorasi curug dan sungai yang banyak berada di bagian bawah Galunggung tambah melengkapi perjalanan wisata edukasi itu. Tak hanya cara pandang wisata konvesional yang sekadar menyajikan wisata keindahan panorama, persoalan lain yang menjadi kendala adalah Tasikmalaya belum menjadi pilihan utama pelancong. "Potensi wisatawan relatif itu ke Bandung, Garut, kalau mereka bosan ke selatan, mereka enggak ke Tasik tetapi Pangandaran," tutur Irev.

Hal senada dilontarkan peneliti dan pengajar Unsil, Rinaldi Rizal dan Diki Muhamad. Rinaldi yang aktif meneliti persoalan flora Galunggung mengungkapkan, Tasikmalaya memiliki jenis tumbuhan yang menarik dan jarang tereksplorasi. "Ada flora menariknya (seperti) kantung semar. Selain itu banyak yang berpotensi tetapi butuh waktu mengeksplorasi," ucapnya. 

Jenis lumut Galunggung juga menarik untuk penelitian dan bahan pengetahuan pengunjung. Akan tetapi, kesadaran pengunjung mengenai sumber daya hayati masih bermasalah. "Setiap kami susur bibir kawah, setiap mahasiswa (yang melakukan penelitian) hampir membawa satu kantung keresek sampah," ujar Rinaldi. Ia menambahkan, peran pemerintah belum kuat dalam membuat regulasi untuk melindungi sumber daya hayati tersebut.

Diki Muhamad, peneliti fauna Galunggung pun setali tiga uang. Ia menyebut, warga Tasikmalaya beruntung tinggal di wilayah yang memiliki destinasi wisata komplet berupa gunung dan laut. 

Dari data sementara penelitian di Galunggung, kawasan itu memiliki 14 spesies amfibi dan 18 reptil. Beberapa binatang seperti katak terbilang unik karena kehadirannya bisa menjadi indikator sumber air yang digunakan bersih. "Ini bisa jadi edukasi juga," ujar Diki. 

Belum lagi berbagai jenis burung yang tercatat ditemukan mencapai 39 spesies dengan total 719 individu. Keberadaan satwa-satwa itu tentu menarik pengunjung apalagi dengan tambahan pengetahuan terkait konservasi.***



Share on Google Plus

- Silly

-.

0 Comments :

Post a Comment