Judul Postingan : Ternyata Bisnis Apple Sudah Lesu Sebelum Perang Dagang - CNBC Indonesia
Share link ini: Ternyata Bisnis Apple Sudah Lesu Sebelum Perang Dagang - CNBC Indonesia
Ternyata Bisnis Apple Sudah Lesu Sebelum Perang Dagang - CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - CEO Apple Tim Cook menyebut salah satu alasannya memangkas proyeksi pendapatan perusahaan adalah perlambatan ekonomi di China. Namun ternyata, masalah Apple di ekonomi terbesar kedua di dunia itu sudah dimulai bahkan sebelum perang dagang memanas.China telah menjadi masalah bagi Apple selama dua tahun terakhir, kata TuanAnh Nguyen, analis di perusahaan riset smartphone Canalys.
Strategi bisnis pembuat iPhone itu lebih berfokus pada "ekosistem yang dikunci dengan ketat" pada layanan dan perangkat, yang dapat berhasil di pasar yang matang seperti Amerika Serikat (AS), katanya. Tetapi hal itu mungkin tidak bekerja dengan baik di China, di mana pasar lebih terfragmentasi dan ada saingan lokal juga yang menawarkan alternatif inovatif dengan harga lebih rendah, tambahnya.
China adalah pasar terbesar ketiga Apple berdasarkan pendapatan dan berkontribusi sekitar 18% pada kuartal keempat tahun fiskal perusahaan.
Status iPhone sebagai merek yang sangat dicari di China juga telah mengubah angka penjualan regional menjadi indikator yang diawasi ketat terhadap kesehatan ekonomi negara itu. Sayangnya, meski Cook telah menyebut alasannya memangkas proyeksi adalah pelemahan ekonomi China, yang diperparah oleh perang dagang, namun ternyata ada tantangan lain yang dihadapi Apple.
Menurut Strategy Analytics, pengiriman smartphone global turun dalam empay kuartal berturut-turut pada kuartal ketiga tahun lalu, seperti dilansir dari CNBC International, Kamis (3/1/2019). Tetapi meskipun terjadi perlambatan industri secara keseluruhan, para pemain China telah mendapatkan pangsa pasarnya.
Persaingan yang meningkat
Pada kuartal kedua, raksasa telekomunikasi China, Huawei, mengalahkan Apple dan menjadi vendor smartphone terbesar kedua di dunia, menurut Strategy Analytics.
Huawei mempertahankan keunggulan itu pada kuartal ketiga, sementara pemain China lainnya, Xiaomi dan Oppo, meningkatkan pangsa pasar global mereka, menurut data tersebut. Sementara itu, Samsung dari Korea Selatan tetap menjadi pemimpin global.
Foto: Seorang pria yang berjalan melewati iklan smartphone Huawei P20 tercermin di pintu kaca di depan logo Huawei, di sebuah pusat perbelanjaan di Shanghai, China 6 Desember 2018. REUTERS / Aly Song
|
"Saat ini insentif sedang rendah bagi konsumen akhir di China untuk membeli ponsel baru pada 2019 karena mereka menunggu rilis smartphone 5G di 2020," kata analis Macquarie dalam catatan bertanggalkan 12 Desember. Tim riset teknologi dan telekomunikasi China di perusahaan itu memperkirakan produsen dalam negeri akan mendapatkan pangsa pasar meski penjualan smartphone di seluruh China turun untuk tiga tahun berturut-turut.
Bagi Apple, itu berarti persaingan yang semakin ketat.
Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank, mengatakan kemajuan teknologi China menciptakan pasar yang lebih kompetitif di dalam negeri, yang dapat mendorong perusahaan lokal untuk berinovasi lebih lanjut.
"Terlebih lagi, AS yang antagonis mungkin hanya memberi keseimbangan bagi konsumen China yang menggunakan perangkat buatan sendiri dibandingkan produk seperti Apple," kata Varathan.
Beberapa analis Wall Street telah memangkas perkiraan produksi iPhone mereka dalam beberapa minggu terakhir akibat loyonya permintaan untuk model iPhone terbaru.
Pada bulan November, Apple juga mengatakan tidak akan lagi mempublikasikan penjualan unit iPhone-nya.
Apple pada hari Rabu mengumumkan proyeksi pendapatan dan margin kotor kuartal pertama tahun fiskalnya yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya akibat perlambatan ekonomi di China. Hal itu membuat sahamnya, yang telah anjlok 35% dari rekor tertinggi yang dicapai pada musim gugur ini, turun lebih dari 7% dalam perdagangan after-hours hari Rabu.
Foto: REUTERS/Elijah Nouvelage
|
"Kami percaya lingkungan ekonomi di China telah lebih jauh dipengaruhi oleh meningkatnya ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat," kata Cook dalam sebuah surat kepada para investor.
"Karena iklim dengan ketidakpastian yang meningkat ini membebani pasar keuangan, efeknya tampaknya juga menjangkau konsumen, dengan lalu lintas ke toko ritel kami dan mitra saluran kami di China menurun dalam kuartal ini," katanya. "Dan data pasar telah menunjukkan bahwa kontraksi di pasar ponsel pintar China telah sangat tajam."
Konsumen Negeri Tirai Bambu telah menahan pengeluaran karena ketidakpastian tentang ekonomi domestik, tetapi analis mengatakan ketegangan perdagangan hanyalah salah satu dari banyak faktor lain yang memengaruhi pertumbuhan.
Masih optimistis terhadap China
Pasar telah memiliki pertanyaan yang lebih besar, mengenai apakah kesulitan Apple di China akan membawa dampak negatif pada negosiasi dagang AS-China. Kedua negara diketahui ingin memulai negosiasi yang lebih serius awal bulan ini.
Sebagai pemimpin salah satu perusahaan terbesar yang terdaftar di AS, Cook juga telah mencoba memainkan peran sebagai mediator antara Beijing dan Gedung Putih ketika kedua negara mengumumkan tarif impor satu sama lain dalam beberapa bulan terakhir.
Foto: Arie Pratama
|
Dia tetap optimistis terhadap pasar China, seperti yang tertulis dalam suratnya di hari Rabu. Ia menyatakan keyakinannya bisnis Apple di negara itu masih memiliki "masa depan yang cerah" dan pendapatan layanan perusahaan telah mencapai rekornya.
"Kami bangga berpartisipasi di pasar China," katanya.
Kementerian Perdagangan China tidak segera menanggapi permintaan melalui faksimile untuk mengomentari apakah surat Cook akan berdampak pada pembicaraan perdagangan. Seorang juru bicara Gedung Putih juga tidak segera menanggapi.
Tantangan Apple akan tetap kompleks terlepas dari bagaimana masalah perdagangan diselesaikan.
"Bahkan jika seseorang dapat melihat melewati kemungkinan pelemahan dalam penjualan unit pada siklus ini, tampaknya tidak banyak yang baru" terjadi pada 2019, terutama bila dibandingkan dengan pesaing, kata Junheng Li, pendiri firma riset ekuitas China JL Warren Capital. Dia juga mencatat bahwa riset perusahaannya menunjukkan penurunan yang lebih besar untuk penjualan iPhone di pasar yang lebih besar seperti AS dan Eropa.
Di China, profesional, pekerja pemerintah dan populasi pria lebih suka ponsel Huawei karena spesialisasi perusahaan dalam peralatan back-end menghasilkan konektivitas yang lebih baik, tambah Li. "Tidak ada titik kritisnya," katanya, "trennya sudah berlangsung lama." (prm)
0 Comments :
Post a Comment