Judul Postingan : Sumber Rujukan Fenomenal, Nenek! - Bisnis.com
Share link ini: Sumber Rujukan Fenomenal, Nenek! - Bisnis.com
Sumber Rujukan Fenomenal, Nenek! - Bisnis.com
Bisnis.com, JAKARTA—Sudah berapa usia nenek Anda? Bersyukur sekali bila dalam usia yang sudah lanjut kondisinya masih sehat.
Saya jadi teringat Michael Useem. Pakar ini pernah mengatakan ‘jadikan nenek sebagai sumber rujukan’. Dan itu terjadi.
Makin banyak eksekutif puncak yang mencari wisdom dalam berbisnis dengan berguru pada neneknya. Sang Nenek malah menjadi sumber inspirasi yang seolah tiada habisnya bagi cucu. Menuntun eksekutif untuk menjalankan roda usaha dengan bijaksana, tidak rakus, dan, yang terpenting, tetap peduli kepada sesama.
Apakah dengan demikian, nasehat dari istri atau suami dan bahkan orang tua menjadi tidak penting? Tentu saja berbagai masukan dari orang-orang terdekat memiliki arti tersendiri untuk membuat eksekutif puncak makin percaya diri dalam menghela bahtera usaha yang penuh lika-liku.
Namun, menurut Useem, direktur Center for Leadership and Change Management, University of Pennsylvania Wharton School, AS, advis dari keluarga inti bukan lagi sebuah berita baru, karena sudah menjadi kelaziman.
Bisa saja nasehat dari istri, suami atau anak-anaknya sekalipun sudah membuat eksekutif yakin untuk mengambil keputusan strategis yang akan menentukan reputasinya sebagai seorang profesional handal.
Persoalannya, kini para bos atau tidak sungkan-sungkan untuk mencari perspektif baru dari mereka yang dianggap memiliki wisdom dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat. Pilihan jatuh pada sang nenek.
“Saya benar-benar terkesan karena makin banyak eksekutif yang saya temui benar-benar menjadikan ajaran keluarga dan pesan-pesan bijak dari orang yang jauh lebih tua sebagai pedoman hidup dan tuntunan dalam berbisnis,” ujar Useem suatu ketika, seperti dikutip Fortune.
Tengok pengalaman Wayne Gill, seorang warga Miami, AS. Saat berprofesi sabagai jaksa, dia juga menjalankan bisnis jual-beli perusahaan. Sempat pula menerbitkan buku motivasi berjudul Tales My Grandmother Told Me: A Business Diversity Fable.
Masa kecil yang indah bersama kakek dan nenek di Jamaica begitu membekas bagi Gill. Keduanya memiliki toko kelontong dan bar kecil di kota Moneague yang ramai dikunjungi pelanggan.
Suasana kota kecil membuat warganya akrab satu sama lain. Tak heran bila suasana toko dan bar milik kakek dan nenek Gill selalu diwarnai kehangatan seperti layaknya sebuah keluarga besar.
Ingatan Gill melompat beberapa dekade lalu ketika mengenang betapa neneknya menjadi figur sentral dalam berbisnis dan komunitas di lingkungannya. Tak cuma jago jualan, nenek Gill yang akrab disapa Doris adalah deal maker jempolan.
Kehadirannya mampu membawa aura positif bagi keluarga maupun lingkungannya. Tak segan-segan dia mencetukan ide dan memotivasi para pelanggan setianya untuk menjalani hidup secara bijak.
Pelajaran berharga yang kini bisa dipetik dari sang nenek dan dijadikan pedoman hidup oleh Gill adalah ‘jangan bersikap tamak, jangan rakus’. Sebaliknya gelorakan semangat ‘win-win’.
Dalam keseharian, jurus tersebut terlihat dalam ketangguhan jaksa tersebut saat bernegosiasi tetapi bukan bertujuan untuk ‘melumat lawan hingga tidak berdaya’.
“Mungkin apa yang saya peroleh lebih sedikit tetapi orang lain menjadi lebih bahagia. Fondasi ini penting bagi saya untuk menjalin bisnis jangka panjang yang harus berlandaskan rasa saling percaya.”
Gill tidak sendiri. Tim Sanders, mantan petinggi di Yahoo dan konsultan papan atas, juga merasakan betapa dalam insight dan wisdom yang disampaikan neneknya, Billye.
Dorongan semangat dan nasehat untuk selalu berbuat yang terbaik dari nenek membuatnya berhasil merampungkan buku motivasi berjudul Today We Are Rich.
Apa yang diperoleh Sanders? “Nenek mengajarkan saya untuk selalu percaya diri. Dengan modal itu, tidak ada yang tidak bisa saya lakukan.”
Karena sudah merasakan manfaat besarnya, Sanders menularkan motivasi sang nenek kepada para kliennya yang sebagin besar korporasi dan kalangan eksekutif puncak.
Pesan Sanders singkat saja: Berpalinglah ke nenek mu dan jadikan sebagai sumber inspirasi bisnis.
Kesuksesan Michaell Platt dalam melantai di bursa juga tidak terlepas dari peran nenek. BlueCrest Capital yang didirikan Platt makin diperhitungkan oleh para investor, karena dipandang tetap bisa mengelola dana kelolaan terus berkembang tanpa mengabaikan berbagai risiko.
Apa yang dikatakan pemain bursa itu mengenai neneknya? “Dia seorang pedagang ekuitas yang serius.”
Gonjing-ganjing yang melanda Wall Street beberapa tahun lalu juga menjadikan Alexandra Lebenthal, Presiden dan CEO Lebenthal & Co, lebih arif dalam berbisnis.
Prinsip dari neneknya yang selalu diingat adalah ‘melakukan sesuatu hingga tuntas untuk hal-hal yang kamu yakini benar.’
Itulah jurus nenek Lebenthal, Sayra Lebenthal, yang mendirikan perusahaan sekuritas di kawasan Fifth Avenue, New York pada 1925, bersama suaminya, Louis.
Kini generasi Lebenthal selanjutnya tidak silau dengan berbagai penawaran produk investasi yang tidak jelas atau malah menjerumuskan investor, karena prinsip kehati-hatian tetap harus diutamakan.
Di tengah ketidakpastiaan ekonomi saat ini, orang sangat memerlukan pijakan atau fondasi yang kokoh. Para murid Useem begitu mengagumi Nelson Mandela, bos Pepsi Co Indra Nooyi, dan almarhum Steve Jobs.
Sebagian besar peserta program leadership yang digelar konsultan tersebut secara eksplisit selalu mengacu pada nilai-nilai kehidupan yang diajarkan orang tua dan generasi sebelumnya sebagai pedoman agar senantiasa survive dan unggul dalam mengarungi turbulensi ekonomi.
0 Comments :
Post a Comment