Judul Postingan : Meniti Bisnis Kecil-kecilan, Memupuk 'Uang Sampingan' - CNN Indonesia
Share link ini: Meniti Bisnis Kecil-kecilan, Memupuk 'Uang Sampingan' - CNN Indonesia
Meniti Bisnis Kecil-kecilan, Memupuk 'Uang Sampingan' - CNN Indonesia
Periskop 2019
CNN Indonesia | Senin, 31/12/2018 14:39 WIB
Bagikan :
Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah bekerja mati-matian, tapi masih merasa besar pasak daripada tiang? Mungkin, ini saatnya bagi Anda mencari uang sampingan di luar pekerjaan utama. Apalagi, era digital memungkinkan siapapun memulai bisnis dengan bermodalkan kuota dari ponsel pintar.Bisnis online shop kecil-kecilan sangat mungkin. Anda tak perlu pusing memikirkan modal membeli atau menyewa toko untuk menjual produk. Apalagi, ada segudang market place yang menawarkan Anda membuka lapak. Anda cuma perlu memikirkan produk yang akan ditawarkan dan memasarkannya.
Apabila Anda berselancar ke media sosial, seperti Instagram, Line, dan Facebook, ada bejibun pengusaha kecil-kecilan yang menawarkan beragam produk. Bahkan, mereka yang tak bermodal pun bisa menawarkan jasanya menjadi perantara untuk membawa titipan Anda. Istilahnya, jastip alias jasa titip.
Pengamat bisnis dan investasi DK Consulting Djoko Kurniawan mengatakan dua pilihan produk yang bisa ditawarkan calon pengusaha pemula. Yakni, produk yang masih sepi ditawarkan oleh pasar dan produk yang sedang banyak diburu konsumen.
"Kalau memilihnya produk yang pasarnya sepi, konsekuensinya ya harus ada edukasi lebih. Lalu kalau ingin menjual produk yang memang sudah ramai di pasaran, ya artinya butuh cari keunikan atau nilai tambah," ungkap Djoko kepada CNNIndonesia.com, Senin (17/12).
Djoko juga mengingatkan untuk tak egois dalam berbisnis. Misalnya, produk yang dijual bukan hanya yang menjadi kesukaan Anda sebagai calon pebisnis, melainkan apa yang lebih dibutuhkan oleh pasar.
Setelah itu, meski berjualan di media sosial simpel, tapi Anda tetap butuh modal usaha. Sumbernya bisa dari mana saja, misalnya orang tua, tabungan, atau pinjaman. Yang pasti, modal usaha itu perlu dicatat rapi dalam pembukuan dan dikembalikan di saat bisnis online sudah membukukan laba bersih.
"Ini kadang menjadi penyakit anak muda, lupa sama modal. Apalagi, kalau diberikan oleh orang tua. Seringkali itu dianggap gratis, untuk membangun bisnis profesional, penting untuk selalu mencatat semua dan modal dianggap utang," papar Djoko.
Dengan menganggapnya sebagai sesuatu yang harus dikembalikan, hal itu akan membangun mental dan semangat yang lebih gigih buat Anda. Berbeda bila Anda menganggap modal itu gratisan, semangat membangun bisnis online agar cepat berkembang menjadi tumpul.
"Kalau pun itu uang sendiri, itu juga harus dicatat dan diganti. Anggap modal usaha dari orang siapa pun itu sebagai dana dari investor," tegasnya.
Setelah produk yang akan dijual dan modal sudah siap, Anda hanya tinggal perlu menentukan channel atau jalan mana yang akan digunakan untuk memasarkan produk Anda. Sebagai pemula, ia menyarankan untuk menggunakan semua channel dari media sosial sampai e-commerce.
"Jadi istilahnya 'nebeng' saja dulu dengan e-commerce yang lagi terkenal, seperti Shopee atau apa misalnya. Tapi, dipasang juga tulis alamat media sosial Anda apa, website kalau ada," tutur Djoko.
Dengan begitu, pelan tapi pasti, konsumen akan menyambangi toko online Anda secara perlahan nantinya. Sebab, ia menyebut sulit bagi pebisnis online baru jika mengandalkan satu channel saja.
"Apalagi e-commerce besar juga banyak sekali promo, misalnya ongkos kirim gratis," imbuh Djoko.
Setelah toko online mulai beroperasi, Anda sebagai pemilik juga harus konsisten dalam berbisnis. Contoh mudahnya, pebisnis harus memastikan persediaan produk yang dijual. Jangan sampai masyarakat yang tertarik sudah banyak, tapi persediaan tak mencukupi.
"Tiap hari juga harus diatur tampilan toko online Anda, misalnya instagram fotonya diperbarui terus," katanya.
Pengamat Teknologi Heru Sutadi menuturkan bagi Anda yang ingin terjun dalam bisnis online, maka hal utama yang perlu dipikirkan adalah produk yang saat ini menjadi persoalan di masyarakat.
"Misalnya seperti ojek online, dulu kan orang mungkin susah mencari ojek di pangkalan. Lalu, harga juga tidak transparan. Kemudian, solusinya ada ojek online itu, bisa lebih murah dan mudah," papar Heru.
Selanjutnya, e-commerce juga menjadi salah satu jawaban bagi kebiasaan masyarakat yang kini mulai berubah, di mana mereka lebih ingin segala sesuatunya praktis. Hanya berdiam diri di rumah, tapi tetap bisa membeli barang yang diinginkan dan dibutuhkan.
"Orang malas jalan kaki tetap bisa belanja, jadi berbisnis dengan menjawab tantangan di masyarakat, hadirlah untuk menjadi solusi begitu," terang dia.
[Gambas:Instagram]
Contoh nyata, pemilik toko online @ceraofficial di Instagram bernama Putri Ayu Lestari menceritakan awal kisah membangun bisnis online-nya hanya karena teman-temannya suka dengan desain baju formal yang dibuat oleh Putri.
Perempuan berumur 24 tahun ini menyebut dulunya ia suka memesan baju formal ke tukang jahit dengan desain sendiri karena sulit mencari pakaian yang sesuai dengan keinginannya.
"Saat saya membuat baju sendiri, ternyata banyak yang suka dan ingin beli. Saat itu memang masih jarang merek lokal yang menjual pakaian siap pakai untuk baju-baju pesta," cerita Putri.
Kisah yang sama yang diungkapkan oleh Ghoida Rahmah, salah satu pemilik toko online @medallion_id juga melihat peluang dari kebutuhan masyarakat yang suka dengan kado berupa rangkaian bunga. Beberapa waktu lalu, ia mencermati harga penjualan rangkaian bunga masih terlalu mahal bagi anak muda dan rumit dalam hal pemesanan.
[Gambas:Instagram]
"Makanya, saya ingin memecah stigma dengan menawarkan konsep rangkaian bunga yang lebih dinamis. Harga bisa di bawah Rp100 ribu dan pemesanan satu h-1," tutur Ghoida.
(aud/bir)
Bagikan :
1 dari 2
0 Comments :
Post a Comment