Judul Postingan : Pariwisata Menggeliat, Warga Nusa Penida Bisnis Penginapan - Jawa Pos
Share link ini: Pariwisata Menggeliat, Warga Nusa Penida Bisnis Penginapan - Jawa Pos
Pariwisata Menggeliat, Warga Nusa Penida Bisnis Penginapan - Jawa Pos
BALI EXPRESS, NUSA PENIDA - Pesona Nusa Penida memang tak pernah ada habisnya, hingga pantas menyandang julukan Telur Emas oleh mantan Gubernur Bali Dewa Beratha. Pasalnya, potensi wisata yang dimiliki sangat ciamik untuk dikunjungi.
Beberapa objek wisata yang ada di pulau ini, yakni mulai dari Broken Beach atau masyarakat lokal menyebutnya Pasih Uug, Raja Lima Bukit Atuh yang menyerupai Raja Ampat, Kolam Bidadari, Smoky Beach, Crystal Bay, Pantai Kelingking, Manta Bay, Pantai Suwehan, Teletubbies Hill, dan objek menarik lainnya.
Diakui, sejak festival Nusa Penida pertama tahun 2015 silam, wisatawan yang berkunjung ke Nusa Penida kini kian meningkat. Hal ini berdampak pula pada bisnis properti yang digeluti warga lokal, di mana kondisi perekonomian warga lokal yang semula bergantung menjadi petani rumput laut dan pekerjaan lainnya, kini banting setir mengelola asetnya sendiri.
Salah satu pelaku bisnis ini, Owner Sunrise Penida Hill Wayan Suliastama di Banjar Anyar, Desa Sakti, Nusa Penida, Klungkung mengatakan, terjun di bisnis properti seperti ini justru memperbaiki ekonominya yang sempat morat-marit. Sebelumnya, ia bergelut sebagai tukang pembuat bataran pelinggih, tetapi tahun 2018, ia mencoba peruntungan dengan membuat penginapan. Ternyata, bisnisnya membuahkan hasil, dan ia pun menambah kamar lagi.
Melihat potensi pariwisata yang kian berkembang, pihaknya enggan menyewakan aset tanahnya ke investor. Sebisa mungkin dikelola sendiri, meskipun dengan modal pinjaman. "Dulu hanya empat kamar, kemudian kami tambah lagi lima. Untuk sekarang, total ada sembilan kamar yang kami miliki," ujarnya pada Minggu (31/3).
Untuk modal, tambah Suliastama, pihaknya mengajukan anjungan ke bank. Sayangnya, dukungan dari pihak pemerintah untuk pengusaha lokal sekelasnya, belum pernah ia rasakan. "Dari siapa? Bantuan pemerintah nggak pernah ada. Saya pinjam dari bank BRI, LPD dan teman-teman. Risikonya, kalau musim sepi, ya agak bingung," ungkapnya.
Tarif yang ditawarkan antara Rp 700 ribu untuk low season dan Rp 900 ribu untuk high season yang terjadi pada bulan Juli hingga Agustus. Fasilitas yang dimiliki pun, tak kalah dengan penginapan bergengsi lainnya. Selain kolam renang, juga tersedia air panas, ketel untuk membuat air panas, Wi-Fi, serta fasilitas lainnya.
Menurutnya, harga ini terjangkau bagi wisatawan back-packer. Selain menawarkan kenyamanan bagi wisatawan yang ingin menghabiskan waktu di pulau ini, penginapan ini juga menawarkan panorama Pulau Bali dan Lombok. Sambil berendam di kolam renang, wisatawan dapat menyaksikan dengan jelas dua pulau tersebut.
Ini menjadi contoh bahwa sebenarnya warga lokal mampu mengelola asetnya sendiri. Ke depan, pihaknya berencana akan mengembangkan penginapan yang ia miliki, bahkan berencana akan membuat mice.
“Nanti kalau ada modal, dan tamunya ramai, kami akan menambah kamar. Bila perlu ada mice-nya. Untuk harga, kami tidak membedakan kalau dia tamu asing atau lokal karena sudah booking. Kalau direct beda," ucapnya.
Kondisi warga lokal yang mulai berpindah mata pencaharian ini dibenarkan Kelian Adat Banjar I Wayan Dana Merta. Katanya, pasca suksesnya Festival Nusa Penida pertama, kedua, dan ketiga, mata pencarian penduduk berubah. "Petani masih ada, tetapi petani rumput laut sudah tidak ada. Mereka memilih beralih ke dunia pariwisata," tuturnya.
(bx/afi/aim/JPR)
0 Comments :
Post a Comment