Judul Postingan : Aplikasi Koppi Jawab Tren Ngopi Kaum Urban - Lifestyle Kompas.com
Share link ini: Aplikasi Koppi Jawab Tren Ngopi Kaum Urban - Lifestyle Kompas.com
Aplikasi Koppi Jawab Tren Ngopi Kaum Urban - Lifestyle Kompas.com
KOMPAS.com - Minum kopi memang sedang menjadi tren di masyarakat perkotaan. Namun, kaum urban ini memiliki kebutuhan yang berbeda dalam menikmati kopi.
Kebutuhan utama para milenial di perkotaan yang menyukai kopi adalah masalah kecepatan, kemudahan, harga, dan kualitas rasa.
"Semua kebutuhan itu belum bisa dijawab oleh gerai kopi yang sekarang menjamur atau layanan pesan antar makanan," kata founder dan CEO aplikasi Koppi, Tony Arifin.
Dari survei yang dilakukan Koppi terhadap 1000 responden, ternyata konsumen enggan mengantri lebih dari 15 menit untuk membeli kopi.
Konsumen milenial juga tak mau menunggu layanan pengantaran lebih dari 45 menit karena kualitas kopi menurun, seperti rasanya lebih encer.
"Dari segi harga kopi, survei menyebutkan kemampuan seseorang untuk membeli kopi setiap hari hanya sekitar Rp 15.000 - Rp 30.000 segelas," kata Head of Marketing Koppi, Ario Fajar.
Ia menambahkan, memang banyak juga kopi yang ditawarkan dengan murah, tetapi kualitasnya terkadang kurang.
"Rasa yang terlalu manis dan rasa kopinya hilang adalah hal yang sering dikeluhkan konsumen," ujarnya.
Menjawab kebutuhan tersebut, diciptakan aplikasi Koppi yang memadukan pengalaman offline dan online untuk penikmat kopi berkualitas.
Lewat aplikasi ini, konsumen bisa memesan kopi terlebih dulu (pre-order) dengan mengatur waktu pengambilan pesanan di titik-titik kedai Koppi, atau pun dengan layanan pengantaran ekspres.
Khusus untuk pengantaran, Koppi bekerja sama dengan Westbike.
"Delivery dalam radius 2 km dari kedai Koppi bisa dilakukan dengan sepeda. Terbukti lebih cepat dibanding motor," kata Ario.
Kualitas kopi
Untuk menjaga kualitas rasa, Koppi menggandeng barista Hidenori Izaki yang pernah menjuarai World Barista Champion 2014.
Selain itu, kopi yang dipakai berasal dari kopi pengalengan, Jawa Barat.
"Kami bekerja sama dengan Asosiasi Petani Pengusaha Kopi Jawa Barat untuk mendapatkan kopi grade A," kata Ario.
Gerai koppi sendiri memiliki dua konsep, yaitu berupa both untuk tempat pengambilan kopi dan dengan tempat duduk.
"Sekarang ini baru 2 titik, di Oakwood Mega Kuningan dan Menara Global. Tapi tahun ini targetnya buka 40 titik di Jabedatebk, terutama area perkantoran, mal, stasiun, dan area publik lainnya," katanya.
Keunikan lain dari gerai Koppi adalah mempekerjakan barista kaum difabel, yaitu tuli.
Menurut Tony, Koppi berkolaborasi dengan komunitas Handai Tuli untuk merekomendasikan talent yang memiliki minat terhadap kopi untuk kemudian diberi pelatihan.
0 Comments :
Post a Comment