Fintech Rumah Zaman Now Pakai Teknologi 'Jarvis' Iron Man, Bisa? - CNBC Indonesia

Fintech Rumah Zaman Now Pakai Teknologi 'Jarvis' Iron Man, Bisa? - CNBC Indonesia Rss Online Fintech Rumah Zaman Now Pakai Teknologi 'Jarvis' Iron Man, Bisa? - CNBC Indonesia, Teknologi,

Judul Postingan : Fintech Rumah Zaman Now Pakai Teknologi 'Jarvis' Iron Man, Bisa? - CNBC Indonesia
Share link ini: Fintech Rumah Zaman Now Pakai Teknologi 'Jarvis' Iron Man, Bisa? - CNBC Indonesia

BACA JUGA


Fintech Rumah Zaman Now Pakai Teknologi 'Jarvis' Iron Man, Bisa? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam bisnis yang berbasis pada smart home biasanya terdapat dua tipe usaha yang bisa dijalankan. Menjual barang pabrikan pintar yang bisa kita beli satuan dan bisa kita instalasi sendiri. Kemudian ada jasa instalasi, desain, dan mengemas produk-produk pintar menjadi suatu bangunan.

IKEA sebagai perusahaan furniture besar asal Swedia sudah mulai menjual beberapa perabot yang merangkap sebagai wireless charger. Kemudian IKEA juga menawarkan lampu pintar bernama Trådfri. Proses instalasinya mudah yaitu dengan memasang bohlam lalu dekatkan dengan remote dan tahan tombol sekitar 10 detik untuk melakukan pairing. Lampu Trådfri juga dapat diakses melalui telepon pintar serta temperatur warnanya bisa berubah-ubah.

Adapula Xiaomi Yeelight, sebuah lampu pintar keluaran Xiaomi yang bisa di gunakan melalui Voice Command dengan bantuan Google Assistant. Fitur yang ditawarkan hampir mirip dengan Trådfri. Yang berbeda hanya harga yang bersaing.

Sedangkan perusahaan smart home yang menjual jasa instalasi memang belum seramai produk keluaran IKEA atau Xiaomi. Salah satu perusahaan yang menjalankan bisnis ini adalah Autonomus Smart Control Appliance (ASCA). Menurut Calvin Sidik penerapan bisnis smart home dibagi menjadi dua yakni kabel dan wireless.

Untuk instalasi smart home yang berbasis kabel perlu merubah kabin yang ada diseluruh rumah, atau dalam istilah teknisnya "urut kabel". Sedangkan wireless bisa di instalasi terhadap rumah yang sudah jadi.

"Jadi kalau pemasangan yang menggunakan kabel itu harus menggunakan kabel UTP, otomatis semua kabel yang sudah ada di rumah harus diganti. Jadi, market pasarnya lebih spesifik yaitu orang yang ingin bangun rumah atau merenovasi rumah. Makanya kita lebih memilih wireless karena lebih global, peluang pasarnya lebih banyak," ucap Calvin, Founder ASCA pada CNBC Indonesia di Greenlake, Jakarta (11/1/2009).

Untuk instalasi yang menggunakan wireless dapat menggunakan jaringan lokal nirkabel bernama Wifi, Z-Wave, DAN Zigbee. Menurut Calvin ia lebih memilih Z-Wave dibanding jaringan nirkabel lainya karena lebih aman dan tidak mudah dijebol hacker. Wifi juga mempunyai kekurangan jika diterapkan sebagai smart home karena jaringanya lebih sulit untuk menembus tembok dibanding Z-Wave.

Rumah Zaman Now Pakai Teknologi 'Jarvis' Iron Man, Bisa? Foto: Smart Home (dok. Smart Home Indonesia)

Keraguan Menggunakan Smart Home

Publik pasti bertanya-tanya seberapa aman jika rumah kita terintegrasi dengan teknologi. Pasti pertanyaan yang pertama kali muncul ialah, bagaimana jika rumah tersebut di hack?

"Topik ini baru saja heboh di dunia dan di Indonesia sebenarnya, tapi ini tidak ada efek ke kami karena barang yang kami tawarkan bukan barang yang murah. Jadi kita mempunyai server yang yang dilengkapi firewall & security," kata Ganda S Osay, Co-Founder Smart Home Indonesia via pesan WhatsApp (15/1/2019).

Sebaliknya Calvin membenarkan bahwa kemungkinan smart home di hack itu masih tetap ada karena setara bank saja masih bisa di hack. Namun butuh waktu yang lama dan tidak bisa dengan perangkat sekelas notebook.

"Sampai sekarang kita belum ketemu bahwa Z-Wave itu kena hack. Kalaupun dibobol dari jarak jauh dia harus bobol ISP nya. Setelah terbuka baru ruternya terbuka. Setelah ruter terbuka masih ada firewall. Kasus itu jarang banget, mungkin for the next five ten years bisa tapi pasti pabrikan Z-Wave naikin security," kata Calvin.

Selain permasalah hacker yang tak kalah penting adalah edukasi dan komunikasi jika kita menggunakan teknologi smart home. Misalnya ada mertua atau saudara jauh kita main kerumah dan dia tidak tau bagaimana mengoperasikan smart home sehingga terkunci di dalam rumah atau kasus-kasus lainya. Hal ini pernah dialami Alexander Wibowo di show room ASCA beberapa waktu yang lalu.

"Kita kan punya assisten rumah tangga yang seminggu sekali datang satu sampai dua kali. Suatu hari dia tanya kok lampu bisa nyala mati sendiri. saya bilang gausah takut, disini semua otomatis. Mungkin dia berpikir rumah ini semacam haunted house," Kata Alex, Co-Founder ASCA pada CNBC Indonesia di Greenlake, Jakarta Barat.

Mungkin permasalahan itu terkesan sepele namun jika tidak di edukasi dengan baik maka kasus terburuk pun bisa saja terjadi menimpa siapapun. Alex menambahkan bahwa perlunya pemahaman di publik bahwa smart home memang sudah berkembang dengan pesat.

(dru)



Share on Google Plus

- Silly

-.

0 Comments :

Post a Comment