Judul Postingan : Regulasi Diperlukan untuk Cegah Kekerasan terhadap Suporter Olahraga - BeritaSatu
Share link ini: Regulasi Diperlukan untuk Cegah Kekerasan terhadap Suporter Olahraga - BeritaSatu
Regulasi Diperlukan untuk Cegah Kekerasan terhadap Suporter Olahraga - BeritaSatu
Depok, Beritasatu.com - Kekerasan suporter adalah masalah laten dalam dunia olahraga Indonesia. Kasus terakhir, adalah kematian Haringga Sirila yang merupakan anggota The Jakmania yang tewas dikeroyok di Stadion Gelora Bandung Lautan Api saat Persija menghadapi Persib Bandung. Oleh karena itu, diperlukan regulasi untuk mencegah dan menanggulangi kekerasan suporter.
Regulasi ini dapat dibuat oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kempora) ataupun induk organisasi olahraga seperti PSSI.
Asisten Deputi Pengelolaan Olahraga Pendidikan Kempora Alman Hudri menuturkan, regulasi ini tengah digodok oleh Kempora, khususnya di bagian Hukum dan Humas.
"Nanti diatur perihal hukuman dan juga sanksi untuk suporter yang melakukan kekerasan termasuk juga untuk panitia penyelenggaranya. Kami terus berproses dan tentunya dengan melibatkan induk organisasi dan juga para suporter itu sendiri," tutur Alman kepada Beritasatu.com, Senin (15/4/2019) di Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP Universitas Indonesia, Kota Depok, Jawa Barat dalam Seminar Liga FISIP UI 2019.
Pembuatan regulasi tersebut masih memakan waktu cukup lama dan belum akan rampung dalam waktu dekat.
"2019 belum ya. Masih kami godok dan matangkan semuanya. Tentu kami libatkan PSSI juga dan organisasi suporter," papar Alman.
Organisasi Save Our Soccer mencatat, terdapat 77 orang meninggal sejak 1995 hingga 2018 karena kekerasan terhadap suporter.
Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali mengungkapkan, salah satu penyebab kekerasan terhadap suporter adalah fanatisme yang berlebihan sehingga menyebabkan nyawa jadi taruhannya.
"Anarkisme ini harus bisa diurai. Saya rasa tak ada keinginan untuk menyelesaikan hal ini. Di sinilah pentingnya untuk menciptakan regulasi yang bisa dinikmati bersama dan membuat semua pihak merasa terlindungi," tutur Akmal Marhali.
Akmal Marhali mengungkapkan, menangani suporter berbeda dengan mengatasi para pendemo. Harusnya pemerintah dan juga induk organisasi mengajak segenap elemen terkait untuk duduk bersama merumuskan regulasi yang tepat.
"Tidak semua organisasi dan kelakuan suporter itu buruk. Beberapa organisasi suporter sudah baik dan ini harus dipertahankan. Kalau yang belum baik ya dicari cara agar jalannya juga menjadi baik ke depannya," papar Akmal.
Head of Security and Safety PSSI Nugroho Setiawan memaparkan, segenap permasalahan dalam internal PSSI membuat dia menyetujui jika PSSI harus dibekukan.
"Tidak apa-apa. Asal saat dibekukan FIFA, kita semua berbenah. Jangan diam saja. Dengan demikian saat waktu pembekuan sudah habis, kita sudah memiliki PSSI yang lebih baik," papar Nugroho.
Ketua Umum The Jakmania Ferry Indrasjarief mengungkapkan, perlakuan terhadap suporter juga harus baik dan tidak berat sebelah. Di Indonesia, ketika suporter masuk stadion saja sudah dicurigai macam-macam. Segala barang bawaan pun harus ditinggal di luar stadion.
"Bahkan botol susu anak pun harus ditinggalkan. Minyak wangi perempuan juga harus ditinggalkan. Lha, kita ini kan mau nonton sepakbola. Bukan mau aneh-aneh. Mau rileks, dukung tim kesayangan, tetapi perlakuannya seperti ini," tutur Ferry.
FISIP UI merasa tema kekerasan terhadap suporter ini penting untuk diangkat dalam seminar Liga FISIP UI.
Liga FISIP UI akan mempertandingkan turnamen olahraga futsal, basket, dan sepakbola antarfakultas sosial dan humaniora sederajat se-Indonesia.
Wakil Ketua BEM FISIP UI, Wilsa Naomi mengatakan, FISIP UI memandang penting dan adanya urgensi untuk segera menghentikan kekerasan dalam bentuk apa pun di dunia olahraga.
"Kami berharap ada harmoni yang tercipta antarsuporter di Indonesia melalui regulasi yang tepat dan tersosialisasikan dengan baik," tutur Naomi.
0 Comments :
Post a Comment