Judul Postingan : Konferensi Asia-Afrika, Saat Bandung Membuat Takjub Dunia... Halaman all - KOMPAS.com
Share link ini: Konferensi Asia-Afrika, Saat Bandung Membuat Takjub Dunia... Halaman all - KOMPAS.com
Konferensi Asia-Afrika, Saat Bandung Membuat Takjub Dunia... Halaman all - KOMPAS.com
KOMPAS.com — Konferensi Asia Afrika (KAA) atau Konferensi Bandung menjadi wahana bagi sejumlah negara yang baru merdeka untuk menyuarakan aspirasinya.
Sebagian besar negara dengan tegas menolak kolonialisme dan menolak Perang Dingin. Mereka enggan memilih antara ikut dominasi Amerika Serikat atau Uni Soviet.
Tak hanya itu, rasisme yang berkembang di Afrika juga dibahas dalam konferensi kali ini. Perwakilan dari 29 negara berkumpul untuk bisa menemukan kesepakatan bersama.
Indonesia sebagai tuan rumah harus menyediakan tempat yang pas untuk menjamu delegasi yang hadir. Ketika itu muncul ide agar persidangan diselenggarakan di dalam tenda.
Pengusul mengira bahwa Bandung ketika itu belum memiliki gedung yang cukup luas dan memadai untuk penyelenggaran konferensi bertaraf internasional. Tak banyak yang mengira bahwa Bandung memiliki gedung dari zaman peninggalan Belanda yang megah.
Pada 18 April 1955, konferensi tersebut dimulai. Indonesia menyediakan Gedung Merdeka yang berdiri megah di sebelah alun-alun untuk upacara pembukaan.
Dikutip dari harian Kompas yang terbit pada 18 April 1980, selama lebih dari seminggu Bandung begitu berbeda dari biasanya. Lampu-lampu menyinari sudut-sudut kota yang kali ini lebih terlihat megah.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Konferensi Asia-Afrika Berakhir, Serukan Perdamaian
Antusiasme warga Bandung ditunjukkan pada konferensi internasional kali ini. Mereka menyambutnya dengan baik dan hampir semua orang selalu memadati Gedung Merdeka.
Tak hanya itu, keramahan warga Bandung diperlihatkan dengan keakraban terhadap delegasi yang hadir dalam acara tersebut. Mereka mendatangi, berbincang, dan ada juga yang meminta tanda tangan.
Kesiapan hotel dan penginapan
Konferensi yang bertaraf internasional ini menjadikan penyelenggara harus menyediakan lokasi penginapan yang layak. Ketika itu Indonesia menyediakan beberapa hotel untuk istirahat delegasi.
Hotel Savoy Homann, Hotel Preanger, Hotel Kumala, dan beberapa hotel lain yang ada di Bandung juga dipersiapkan dengan baik, termasuk dengan menyiapkan kelayakan tempat tidur.
Namun, terdapat salah satu hal unik, rumah-rumah penduduk juga dijadikan tempat penginapan untuk delegasi. Zhou En Lai selaku Perdana Menteri China menempati rumah di daerah Tamansari. Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru juga menempati rumah di Setiabudi.
Gamal Abdel Nasser dari Mesir juga menempati rumah penduduk di daerah Ciumbuleuit. Bahkan, delegasi Indonesia ditempatkan di asrama mahasiswa IKIP Bandung.
Baca juga: Peringati 63 Tahun KAA, LIPI Terbitkan Kumpulan Pidato Pemimpin Asia-Afrika
Namun, tak semua tempat yang digunakan memliliki persyaratan hotel yang baik. Delegasi Arab Saudi yang menginap di sebuah hotel terpaksa dicarikan tempat tidur baru. Sebab, tak ada tempat tidur dengan panjang lebih dari 2 meter.
Kebutuhan akan sendok, garpu, piring, gelas sampai selimut tidur bahkan dikirim dari panitia pusat. Pada dasarnya, kondisi itu memang tak memadai, tetapi delegasi tak ada yang mengeluh dengan fasilitas ini.
Fasilitas di Hotel Preanger tak berbeda. Delegasi dari India dan Pakistan menginap di hotel ini. Delegasi ini dikenal dengan orang yang suka minuman panas. Namun, untuk minum kopi dan teh, tempat yang digunakan termasuk gelas dan sendok juga dipanaskan.
Setelah itu barulah teh atau kopi dituangkan dalam gelas yang telah dipanaskan tersebut.
Antisipasi kelelahan
Konferensi yang diikuti oleh delegasi dari 29 negara itu berlangsung kurang lebih selama seminggu. Untuk menjaga kesehatan para delegasi, Indonesia menyediakan dua poliklinik di Hotel Homann dan Gedung Merdeka.
Rumah Sakit Hasan Sadikin yang ketika itu bernama Rumah Sakit Rancabadak juga dibangun satu barak untuk persiapan yang lebih matang.
Setiap bangsal, terdiri dari 16 kamar yang dilengkapi dengan telepon, radio, dan kamar mandi sendiri. Sepuluh dokter ditugaskan dan dibantu untuk mengawal tempat kesehatan ini.
Delegasi yang membutuhkan bantuan kesehatan banyak datang ke poliklinik di Hotel Homann. Setiap hari empat sampai lima anggota delegasi datang untuk pengobatan atau perawatan. Biasanya mereka terserang influenza.
Pada 24 April 1955, bertempat di Gedung Merdeka akhirnya acara konferensi ini ditutup. Walaupun sarana dan prasarana kurang maksimal, konferensi ini tetap memberikan arti dan manfaat pada delegasi.
Tepat pukul 19.00 WIB atau terlambat dua jam dari jadwal yang ditetapkan panitia. Dasasila Bandung juga tercetus dalam konferensi kali ini.
0 Comments :
Post a Comment