Judul Postingan : Hiburan Malam Picu Perkembangan LGBT Di Solok - Validnews
Share link ini: Hiburan Malam Picu Perkembangan LGBT Di Solok - Validnews
Hiburan Malam Picu Perkembangan LGBT Di Solok - Validnews
SOLOK - "Bundo Kanduang" atau tokoh adat perempuan Kota Solok, Sumatra Barat, Milda Murniati menyatakan, peran orang tua sangat penting dalam mencegah perilaku lesbian, gay, biseksual dan transgender (LBGT). Keluarga adalah madrasah atau sekolah pertama bagi anak.
Perilaku menyimpang seperti LGBT bisa terjadi karena kurangnya perhatian dari orang tua. Oleh karenanya, orang tua harus dapat membuat si anak nyaman di rumah. Ia menjelaskan, untuk membuat anak nyaman dan dekat dengan keluarga, orangtua harus memiliki pengetahuan dan ilmu yang cukup dalam mendidik anak.
Selain itu, orang tua harus memiliki penerapan ilmu agama yang baik dan mengenalkan ke anak sejak dini. "Orang tua harus mengenalkan tentang gender atau jenis kelamin anak sejak kecil sehingga dia paham bagaimana harus bersikap dan berteman dengan lawan jenis," ujarnya, seperti dilansir Antara, Jumat (18/1).
Menurutnya, penyimpangan seksual, entah itu lesbian atau gay, dikarenakan kurangnya perhatian dari keluarga. Jadi, anak cenderung mencari tempat lain yang nyaman seperti temannya dan berhubungan terlalu dekat hingga akhirnya menyebabkan anak tersebut salah kaprah.
"Ketika mereka punya masalah dan tidak ada keluarga yang memberi perhatian, si anak akan menjadikan temannya yang gendernya sama sebagai orang yang paling mengerti dirinya, sehingga kelamaan timbul sayang yang menjadikan mereka LGBT," terangnya.
Ia menjelaskan, orang tua harus mengawasi anak dengan maksimal. Orang tua disebut bisa melakukan tindakan tegas ketika anak berbuat salah, memberi perhatian yang cukup dan mengajarkan mandiri.
Di luar itu, yang memicu berkembangnya LGBT di Solok adalah keberadaan kafe-kafe atau tempat hiburan malam. Hal ini menyebabkan banyaknya orang luar daerah yang masuk ke Kota Solok.
Untuk mencegah berkembangnya LGBT, ia mengajak masyarakat kembali mengaktifkan pos ronda atau linmas (perlindungan masyarakat.Red) dan memberi teguran jika ada anak-anak remaja yang melakukan kegiatan yang menyimpang.
"Ketika orang tua menjadi sosok idola anaknya dan masyarakat juga saling mengingatkan, tentu akan mempersempit celah berkembangnya LGBT yang mengkhawatirkan," ujarnya.
Menurut pengakuan pelaku LGBT, mereka sulit lepas dari komunitasnya karena kecanduan dengan perilaku menyimpang tersebut. Selain itu, juga karena takut dengan ancaman sesama komunitas jika keluar dari komunitas tersebut, dan malu jika rahasianya diketahui masyarakat.
Milda juga meminta masyarakat menggiatkan malam bina iman dan takwa (mabit) bagi remaja, subuh dan magrib berjamaah, sehingga anak-anak jauh dari perilaku menyimpang sebab memiliki pondasi agama yang kuat.
"Masyarakat juga jangan mengucilkan jika ada orang LGBT yang kemudian ingin berubah sesuai kodratnya, sehingga mereka benar-benar lepas dari komunitasnya," katanya.
Jika pelaku LGBT menanamkan rasa penyesalan untuk berubah, keluar dari komunitasnya dan didukung masyarakat akan memudahkan mereka memulai hidup yang lebih baik. (Nofanolo Zagoto)
0 Comments :
Post a Comment